Kitab Ester menceritakan keberanian Ratu Ester dan walinya, Mordekhai, dalam menyelamatkan orang Yahudi dari genosida di Persia. Cerita dimulai dengan penolakan Ratu Wasti dan naiknya Ester sebagai ratu. Haman, pejabat tinggi yang jahat, merencanakan pemusnahan orang Yahudi, tetapi Ester berani menghadap raja untuk memohon pertolongan. Melalui doa dan puasa, mereka berhasil membalikkan keadaan, Haman dihukum mati, dan orang Yahudi merayakan kemenangan mereka dengan hari raya Purim.
Rangkuman Lengkap Kitab Ester: Narasi Keberanian dan Penyelamatan Ilahi
Bagian 1: Informasi Penting Kitab Ester (Termasuk Tambahan Deuterokanonika)
Bagian ini berisi wawasan singkat mengenai Kitab Ester untuk memberi Anda konteks sebelum membaca rangkuman isinya.
Latar Belakang Cerita:
Kisah terjadi di bawah pemerintahan Raja Ahasyweros (diperkirakan Xerxes I) dari Persia, sekitar tahun 486-465 SM.
Setting utamanya adalah di benteng Susan, ibu kota Persia.
Penulisan & Tambahan (Deuterokanonika):
Penulisnya anonim, kemungkinan seorang Yahudi yang tinggal di Persia.
Naskah Ibrani (Masoretik) asli tidak secara eksplisit menyebut nama "Allah".
Versi Katolik (dan Ortodoks) menggunakan naskah Yunani (Septuaginta) yang lebih panjang. Naskah ini mencakup enam "Tambahan" (disebut Tambahan A, B, C, D, E, dan F).
Tambahan ini sangat penting karena secara eksplisit memasukkan doa, mimpi, dan penyebutan langsung akan campur tangan Allah, yang mengisi "kekosongan" teologis dalam naskah Ibrani.
Inti Cerita:
Kitab ini adalah drama sejarah tentang penyelamatan orang-orang Yahudi di Persia dari rencana genosida.
Fokusnya pada keberanian seorang Ratu Yahudi (Ester) dan walinya (Mordekhai) yang mempertaruhkan nyawa mereka.
Kisah ini menjadi dasar dari Perayaan Purim.
Tokoh-Tokoh Kunci:
Ester (Hadasa): Gadis yatim piatu Yahudi yang menjadi Ratu Persia. Pahlawan utama.
Mordekhai: Sepupu dan wali Ester. Seorang Yahudi saleh yang menolak menyembah Haman.
Raja Ahasyweros (Xerxes I): Raja Persia yang kuat namun mudah dipengaruhi dan emosional.
Haman (bin Hamedata, orang Agag): Pejabat tinggi raja yang jahat dan sombong. Musuh utama orang Yahudi.
Ratu Wasti: Ratu pertama yang dibuang karena menolak perintah raja.
Zeresy: Istri Haman, yang memberinya ide untuk menggantung Mordekhai.
Hatak: Sida-sida kepercayaan Ester yang menjadi perantara pesan antara Ester dan Mordekhai.
Bigtan dan Teresy: Dua sida-sida yang bersekongkol membunuh raja.
Ayat Kunci (Sangat Terkenal):
Ester 4:14b: "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Panggilan Mordekhai kepada Ester).
Ester 4:16b: "...kalau kiranya aku harus binasa, biarlah aku binasa." (Tekad Ester).
Hikmah & Pesan Teologis (terutama dari Tambahan):
Kedaulatan Allah (Providence): Allah bekerja di balik layar (versi Ibrani) dan secara aktif campur tangan (versi Yunani) untuk menyelamatkan umat-Nya.
Keberanian & Inisiatif: Manusia harus bertindak dengan berani (seperti Ester), percaya bahwa Allah akan menyertai.
Bahaya Kesombongan: Kejatuhan Haman adalah contoh klasik dari kesombongan yang mendahului kehancuran.
Kekuatan Doa & Puasa: Tambahan Deuterokanonika menunjukkan bahwa doa Mordekhai (Tambahan C) dan doa Ester (Tambahan D) adalah kunci yang menggerakkan pertolongan Allah.
Solidaritas Umat: Tindakan Ester dan Mordekhai bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh bangsa mereka.
Bagian 2: Rangkuman Naratif Isi Kitab Ester
Berikut adalah alur cerita lengkap Kitab Ester, yang merangkai naskah utama dengan tambahan-tambahan deuterokanonika (ditandai dengan [Tambahan].
Awal Mula: Mimpi Mordekhai dan Kejatuhan Ratu Wasti
Kisah dimulai dengan [Tambahan A] sebuah mimpi yang diterima Mordekhai, seorang Yahudi saleh yang bertugas di gerbang istana Raja Ahasyweros di Susan. Ia melihat dua naga besar (melambangkan dia dan Haman yang akan segera berkonflik), kekacauan besar di antara bangsa-bangsa, dan sebuah mata air kecil (Ester) yang tumbuh menjadi sungai besar yang menyelamatkan banyak bangsa. Tak lama setelah itu, Mordekhai membuktikan kesetiaannya dengan mengungkap persekongkolan dua sida-sida, Bigtan dan Teresy, yang hendak membunuh Raja.
Sementara itu, Raja Ahasyweros mengadakan pesta yang luar biasa megah selama 180 hari untuk memamerkan kekayaannya. Di puncak perayaan, ketika ia sedang mabuk anggur, ia memanggil Ratu Wasti untuk memamerkan kecantikannya di hadapan para pejabat. Wasti, merasa perintah itu merendahkan martabatnya, menolak untuk datang. Raja murka luar biasa, merasa harga dirinya diinjak-injak. Atas saran para penasihatnya, yang takut tindakan Wasti akan ditiru oleh istri-istri lain, raja membuang Wasti dan mengeluarkan titah untuk mencari ratu baru dari seluruh penjuru kerajaan.
Naiknya Ester Menjadi Ratu
Di antara para gadis yang dikumpulkan adalah Hadasa, atau Ester, seorang yatim piatu Yahudi yang dibesarkan oleh sepupunya, Mordekhai. Atas pesan tegas Mordekhai, Ester menyembunyikan identitas Yahudinya, karena Mordekhai tahu bahaya yang mungkin timbul. Ester tidak hanya cantik rupa, tetapi juga memiliki karakter yang membuatnya mendapat kasih karunia dari semua yang melihatnya, termasuk Hegai, penjaga para perempuan. Ia begitu memikat hati raja lebih dari gadis mana pun sehingga diangkat menjadi Ratu Persia, menggantikan Wasti.
Konflik: Haman Melawan Mordekhai
Beberapa waktu kemudian, Raja mengangkat Haman, orang Agag (keturunan musuh bebuyutan Israel), sebagai pejabat tertinggi di kerajaan. Semua orang diperintahkan untuk berlutut dan sujud kepada Haman sebagai tanda hormat. Namun, Mordekhai menolak melakukannya. [Tambahan C] Dalam doanya kelak, Mordekhai menjelaskan bahwa ia hanya bersedia sujud kepada Allah yang hidup, bukan kepada manusia fana yang sombong.
Penolakan Mordekhai yang konsisten ini membuat Haman sangat murka; kesombongannya terluka parah. Ketika ia tahu Mordekhai adalah seorang Yahudi, Haman merasa ini adalah penghinaan kolektif. Ia memutuskan untuk membalas dendam tidak hanya pada Mordekhai, tetapi pada seluruh bangsa Yahudi di Persia. Ia membuang "Pur" (undi) untuk menentukan hari pemusnahan, dan undi itu jatuh pada tanggal 13 bulan Adar.
Haman kemudian menghasut Raja Ahasyweros dengan licik, menuduh orang Yahudi sebagai bangsa yang hukumnya berbeda dan berpotensi menjadi ancaman bagi kerajaan. Raja, yang ceroboh dan mudah dipengaruhi, termakan hasutan itu dan memberikan cincin meterainya kepada Haman. [Tambahan B]
Haman pun segera mengeluarkan surat perintah kerajaan ke seluruh provinsi. Perintah brutal ini memerintahkan pembunuhan semua orang Yahudi—tua, muda, perempuan, dan anak-anak—pada tanggal 13 Adar, dan merampas harta milik mereka.
Intervensi Ester: Puasa dan Doa
Mordekhai, mendengar berita ini, mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung dan abu, lalu berjalan di tengah-tengah kota sambil meraung-raung dalam keputusasaan. Ia mengirim kabar kepada Ester melalui sida-sida Hatak, mendesaknya untuk menghadap raja dan memohon bagi bangsanya. Ester awalnya ragu dan sangat ketakutan, karena hukum Persia sangat kaku: siapa pun yang menghadap raja tanpa dipanggil akan dihukum mati, kecuali raja mengulurkan tongkat emasnya.
Mordekhai mengirim pesan tegas kembali: "Jangan kira karena engkau di dalam istana raja, engkau akan luput... Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."
Tersentuh oleh pesan ini, Ester mengambil keputusan yang mempertaruhkan nyawanya. Ia meminta Mordekhai mengumpulkan semua orang Yahudi di Susan untuk berpuasa baginya selama tiga hari. Ia dan dayang-dayangnya juga akan berpuasa. "Sesudah itu aku akan masuk menghadap raja," katanya, "sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau kiranya aku harus binasa, biarlah aku binasa." Ini adalah tindakan penyerahan diri total. Di sinilah [Tambahan C dan D] terjadi. Mordekhai berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, mengingatkan-Nya akan perjanjian-Nya dengan Israel dan memohon belas kasihan. Ester juga berdoa dengan sangat khusyuk. Ia menanggalkan pakaian kebesarannya yang mewah, menabur abu di kepalanya, dan merendahkan diri di hadapan Allah, mengakui ketakutannya sebagai manusia namun memohon keselamatan dari Allah bagi umat-Nya.
Perjamuan Pertama dan Pembalikan Keadaan
Setelah tiga hari, Ester mengenakan pakaian kebesarannya dan menghadap raja. [Tambahan E] Naskah ini melukiskan adegan dramatis: Ester sangat ketakutan hingga hampir pingsan saat melihat raja bertakhta dalam kemegahannya. Melihat itu, hati raja (yang digerakkan Allah) luluh. Ia berlari, memeluk Ester, dan mengulurkan tongkat emasnya tanda pengampunan.
Raja berjanji akan memberikan apa pun yang Ester minta. Ester, dengan bijak, tidak langsung ke intinya. Ia hanya mengundang raja dan Haman untuk menghadiri perjamuan makan malam. Di perjamuan itu, ia membangun ketegangan dan kembali mengundang keduanya untuk perjamuan kedua keesokan harinya.
Haman pulang dengan bangga, namun amarahnya kembali meluap saat melihat Mordekhai di gerbang istana yang tetap tidak mau sujud padanya. Istrinya, Zeresy, yang sama jahatnya, mengusulkan agar Haman mendirikan tiang gantungan setinggi 50 hasta (sekitar 23 meter) dan meminta izin raja besok pagi untuk menggantung Mordekhai di situ. Haman setuju dan segera mendirikan tiang itu.
Malam itu, secara providensial, Raja Ahasyweros tidak bisa tidur. Ia meminta kitab pencatatan sejarah kerajaan dibacakan. Terdengarlah kisah bagaimana Mordekhai pernah menyelamatkan nyawanya dari Bigtan dan Teresy. Raja bertanya, "Kehormatan apa yang telah diberikan kepada Mordekhai?" Jawabannya: "Tidak ada."
Tepat pada saat itu, Haman masuk ke pelataran istana, hendak meminta izin menggantung Mordekhai. Raja bertanya pada Haman, "Apa yang harus dilakukan bagi orang yang raja berkenan muliakan?"
Haman, yang dibutakan oleh arogansinya, mengira dirinyalah yang dimaksud. Ia mengusulkan penghormatan paling mewah: orang itu dikenakan pakaian kerajaan, dinaikkan ke atas kuda kerajaan, dan diarak keliling kota oleh pejabat tertinggi sambil berseru, "Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan muliakan!"
Raja berkata, "Segera lakukanlah semuanya itu untuk Mordekhai, orang Yahudi itu... Jangan lalai satu pun!" Dunia Haman seakan runtuh. Haman terpaksa melakukan semua itu dengan hati hancur, lalu pulang dengan menutupi kepalanya karena malu dan putus asa.
Perjamuan Kedua dan Kejatuhan Haman
Pada perjamuan kedua, suasana tegang. Raja kembali mendesak Ester. Ester akhirnya membuka rahasianya dengan air mata dan keberanian: "Nyawaku dan nyawa bangsaku... karena kami telah dijual... untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan!"
Raja terkejut dan marah, "Siapakah orang itu?" Ester menjawab, "Orang yang menusuk dan memusuhi kami ialah Haman, orang jahat ini!" Haman menjadi pucat pasi ketakutan.
Raja murka dan keluar ke taman untuk menenangkan dirinya. Haman, panik, menjatuhkan diri ke sofa tempat Ester berbaring untuk memohon belas kasihan. Saat raja kembali dan melihat Haman di atas sofa Ester, ia semakin marah, "Apakah ia juga mau memperkosa ratu di dalam istanaku sendiri?" Ini adalah akhir bagi Haman.
Salah seorang sida-sida, Harbona, menunjuk, "Lihat, tiang yang didirikan Haman untuk Mordekhai... ada di dekat rumah Haman." Raja memerintahkan, "Gantung dia di situ!" Maka Haman digantung pada tiang yang ia siapkan untuk Mordekhai, mengalami nasib yang ia rencanakan untuk orang lain.
Dekrit Baru dan Kemenangan Orang Yahudi
Raja memberikan rumah Haman kepada Ester, dan Ester mengangkat Mordekhai untuk mengurusnya. Ester kembali menghadap raja, memohon agar surat perintah jahat Haman dibatalkan. Namun, masalah besar masih ada: hukum Persia yang telah dimeteraikan raja tidak bisa dicabut.
Sebagai gantinya, sebagai solusi cerdas, raja mengizinkan Mordekhai (atas nama raja) untuk menulis dekrit baru. [Tambahan F] Surat baru ini, yang dikirim secepat kuda kerajaan, memberi wewenang kepada orang Yahudi di seluruh kerajaan untuk berkumpul, mempersenjatai diri, dan membela nyawa mereka pada tanggal 13 Adar—hari yang sama yang ditetapkan Haman untuk pemusnahan mereka.
Mordekhai diangkat menjadi orang kedua di kerajaan. Ia keluar dari istana dengan jubah kebesaran, dan kota Susan bersorak-sorai. Ketika tanggal 13 Adar tiba, orang Yahudi membela diri mereka. Dengan dukungan para pejabat kerajaan (yang kini takut pada Mordekhai), mereka mengalahkan musuh-musuh mereka. Di Susan, mereka membunuh kesepuluh putra Haman. Atas permintaan Ester, pertempuran di Susan diperpanjang satu hari (14 Adar), dan kesepuluh putra Haman digantung untuk dipertontonkan sebagai peringatan.
Secara total, 75.000 musuh mereka tewas di seluruh kerajaan, namun orang Yahudi secara khusus tidak mengambil jarahan sedikit pun. Ini menunjukkan bahwa tindakan mereka murni membela diri, bukan perang keserakahan.
Penetapan Hari Raya Purim
Orang Yahudi di pedesaan, yang menyelesaikan pertempuran mereka dalam satu hari, merayakan kemenangan mereka pada tanggal 14 Adar. Sementara yang di Susan, yang bertempur dua hari, merayakannya pada 15 Adar. Mordekhai kemudian menetapkan tanggal 14 dan 15 Adar sebagai hari raya "Purim" (diambil dari kata 'Pur' atau undi yang dibuang Haman untuk menentukan hari kehancuran mereka, yang kini berbalik menjadi hari keselamatan mereka). Hari raya ini dirayakan setiap tahun dengan pesta, saling mengirim makanan, dan memberi sedekah kepada orang miskin.
Kisah ditutup dengan catatan kebesaran Raja Ahasyweros dan Mordekhai, yang menjadi orang kedua di kerajaan dan sangat dihormati bangsanya. [Tambahan F, Penutup] Mordekhai merenungkan mimpinya (dari Tambahan A) dan menyadari bagaimana Allah telah menggenapi semuanya: dua naga (dia dan Haman), mata air kecil (Ester) yang menjadi penyelamat, dan pertolongan besar bagi umat-Nya.
Kitab Barukh dinamai menurut Barukh bin Neria, juru tulis dan sahabat setia Nabi Yeremia. Latar belakang kitab ini adalah masa pembuangan bangsa Yahudi di Babel. Kitab ini berisi campuran materi, termasuk doa, pengakuan dosa, dan puisi penghiburan bagi orang Yahudi yang diasingkan. Surat Nabi Yeremia (atau Barukh bab 6) ditulis sebagai surat peringatan yang diatribusikan kepada Nabi Yeremia, ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang akan dibawa ke pembuangan di Babel.
Kitab 1 dan 2 Makabe adalah dua kitab sejarah yang menceritakan peristiwa heroik pemberontakan bangsa Yahudi melawan penindasan Kekaisaran Seleukia pada abad ke-2 SM. Kedua kitab ini merupakan bagian dari Deuterokanonika (diakui sebagai kitab suci oleh Gereja Katolik dan Ortodoks) dan Apokrifa (tidak diakui oleh Protestan dan Yahudi). Meskipun menceritakan periode waktu yang tumpang tindih, kedua kitab ini adalah karya independen dengan fokus dan penekanan teologis yang berbeda
Kitab Daniel mengisahkan kepahlawanan iman di istana Babilonia dan penglihatan apokaliptik tentang kedaulatan Allah. Terdiri dari dua bagian: kisah-kisah istana yang menyoroti kesetiaan Daniel dan rekan-rekannya, serta penglihatan simbolis mengenai kerajaan dunia dan akhir zaman. Tokoh utama termasuk Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, serta raja-raja Babilonia. Kitab ini juga mencakup bagian Deuterokanonika yang menambah kisah hikmat Daniel dan kesetiaan umat Allah. Inti teologinya mencakup kedaulatan Allah, kesetiaan dalam pengasingan, dan pengharapan eskatologis.