Matius

Injil Matius adalah kitab pertama dalam Perjanjian Baru Alkitab yang menceritakan kehidupan dan ajaran Yesus, dengan fokus utama pada Yesus sebagai Mesias dan Raja yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Kitab ini disusun untuk audiens Yahudi, menunjukkan Yesus sebagai penggenapan nubuat-nubuat para nabi.

Nov 17, 2025

Rangkuman Injil Matius: Sang Raja dan Kerajaan-Nya

Hendrick ter Brugghen, The Calling of St. Matthew (="Pemangilan Santo Matius"), 1621.
Hendrick ter Brugghen, The Calling of St. Matthew (="Pemangilan Santo Matius"), 1621.
Bagian ini menyajikan rangkuman yang padat dan komprehensif dari Injil Matius, dirancang untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang pesan, struktur, dan tokoh-tokoh kunci di dalamnya, sesuai dengan perspektif ajaran Katolik.

BAGIAN 1: Wawasan Kunci Injil Matius

Sisi depan (recto) Papirus 1, sebuah manuskrip Perjanjian Baru Injil Matius. Teksnya merupakan bagian dari bab pertama Injil Matius dalam bahasa Yunani. Kemungkinan besar berasal dari Mesir.
Sisi depan (recto) Papirus 1, sebuah manuskrip Perjanjian Baru Injil Matius. Teksnya merupakan bagian dari bab pertama Injil Matius dalam bahasa Yunani. Kemungkinan besar berasal dari Mesir.
Berikut adalah poin-poin penting untuk memahami konteks dan inti dari Injil Matius:
  • Penulis: Secara tradisi diyakini adalah Matius (juga disebut Lewi), seorang pemungut cukai yang dipanggil oleh Yesus untuk menjadi salah satu dari 12 Rasul-Nya.
  • Waktu Penulisan: Diperkirakan ditulis antara tahun 70–85 M.
  • Tujuan Utama: Ditulis untuk komunitas Kristen-Yahudi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan secara sistematis bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias (Kristus) yang telah lama dinubuatkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama.
  • Inti Cerita: Yesus adalah Raja, Guru, dan Musa yang baru. Dia datang bukan untuk menghapus Hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. Dia mendirikan Kerajaan Allah di dunia, yaitu Gereja-Nya.
  • Struktur Khas: Injil ini sangat terstruktur. Strukturnya sering dibagi menjadi lima bagian utama, di mana narasi peristiwa diselingi dengan lima "khotbah" atau "diskursus" besar dari Yesus. Struktur ini sengaja paralel dengan lima kitab Taurat Musa, menegaskan Yesus sebagai Pemberi Hukum yang baru dan definitif.
  • Gelar Kunci untuk Yesus: "Anak Daud" (menekankan garis keturunan kerajaan-Nya) dan "Anak Allah" (menekankan keilahian-Nya).
  • Fokus Khusus (Katolik): Injil Matius sering disebut "Injil Gereja" karena berisi ajaran-ajaran penting tentang Gereja (Jemaat). Injil inilah satu-satunya yang mencatat penetapan Petrus sebagai pemimpin para rasul dan fondasi Gereja (Mat 16:18), serta memberikan kuasa "mengikat dan melepaskan" kepada Gereja.
  • Ayat-ayat Kunci:
    • Penggenapan Hukum: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Matius 5:17)
    • Primat Petrus: "Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Matius 16:18)
    • Amanat Agung: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19–20)

BAGIAN 2: Rangkuman Naratif Isi Kitab

Berikut adalah alur cerita Injil Matius secara naratif, yang mengalir seperti sebuah kisah yang utuh, menghubungkan peristiwa dengan ajaran-Nya.
Kelahiran Sang Raja (Matius 1–4)
Injil Matius dimulai dengan silsilah Yesus, melacak garis keturunan-Nya secara cermat dari Abraham hingga Raja Daud, menetapkan hak-Nya sebagai Raja dan Mesias yang sah bagi Israel. Kelahiran-Nya digambarkan secara unik melalui perspektif Yusuf, seorang tukang kayu yang saleh. Yusuf, yang mendapati tunangannya, Perawan Maria, mengandung dari Roh Kudus, berencana untuk meninggalkannya secara diam-diam. Namun, seorang malaikat meyakinkannya dalam mimpi untuk mengambil Maria sebagai istrinya, karena anak itu adalah penggenapan nubuat.
Kelahiran Yesus di Betlehem segera menarik perhatian Orang Majus dari Timur, yang mengikuti bintang untuk menyembah "Raja orang Yahudi". Kunjungan mereka memicu kecemburuan paranoid Raja Herodes Agung, yang membantai anak-anak di Betlehem. Yusuf, sekali lagi diperingatkan dalam mimpi, membawa Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir—sebuah peristiwa yang oleh Matius dilihat sebagai penggenapan nubuat, "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Setelah Herodes wafat, mereka kembali dan menetap di Nazaret.
Pelayanan Yesus dimulai ketika Dia datang ke Sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Meskipun Yohanes awalnya menolak karena merasa tidak layak, Yesus bersikeras "agar kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Saat Yesus keluar dari air, langit terbuka, Roh Kudus turun seperti merpati, dan suara Bapa terdengar, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Segera setelah itu, Roh membawa Yesus ke padang gurun, di mana Dia berpuasa selama 40 hari dan dicobai tiga kali oleh Iblis. Yesus mengalahkan setiap cobaan dengan mengutip Kitab Suci, menunjukkan otoritas-Nya atas dosa.
Khotbah di Bukit: Hukum Kerajaan (Matius 5–7)
Yesus memulai pelayanan publik-Nya di Galilea. Dia memanggil murid-murid pertama-Nya—nelayan seperti Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes—dengan berkata, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Ketika popularitas-Nya bertumbuh, Yesus naik ke sebuah bukit dan menyampaikan pengajaran-Nya yang pertama dan paling terkenal: Khotbah di Bukit.
Ini adalah "Konstitusi Kerajaan Surga". Yesus membuka dengan Sabda Bahagia (Beatitudes), menjungkirbalikkan nilai-nilai duniawi dengan memberkati yang miskin, yang berdukacita, dan yang lemah lembut. Dia mengajar murid-murid-Nya untuk menjadi "garam dunia dan terang dunia". Dia menyatakan bahwa Dia datang bukan untuk menghapus Hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya, mengajarkan moralitas yang lebih dalam—bukan hanya "jangan membunuh", tetapi juga "jangan marah"; bukan hanya "jangan berzina", tetapi juga "jangan memandang dengan hawa nafsu". Dia mengajarkan Doa Bapa Kami sebagai pola doa, memperingatkan agar tidak mengumpulkan harta di bumi, dan menutupnya dengan perumpamaan tentang membangun rumah di atas batu karang (melakukan firman-Nya) versus di atas pasir (hanya mendengar).
Pelayanan dan Otoritas Sang Raja (Matius 8–10)
Setelah mengajar dengan otoritas, Yesus menunjukkannya melalui serangkaian mujizat. Dia menyembuhkan seorang penderita kusta, hamba seorang Perwira Romawi (mengejutkan semua orang dengan iman perwira itu), ibu mertua Petrus, dan banyak orang lain. Dia menunjukkan kuasa-Nya atas alam dengan menenangkan badai dahsyat. Dia mengusir roh jahat (Legiun) dari dua orang di Gadara. Dia menyembuhkan seorang lumpuh dengan pertama-tama berkata, "Dosamu sudah diampuni," yang memicu kemarahan para Ahli Taurat atas klaim keilahian-Nya. Dia memanggil Matius, si pemungut cukai (penulis Injil ini), dari meja cukainya, menunjukkan misi-Nya kepada para pendosa. Dia membangkitkan putri seorang pemimpin dan menyembuhkan seorang wanita yang telah 12 tahun menderita pendarahan.
Melihat banyaknya orang yang "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala", hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Dia kemudian mengumpulkan Kedua Belas Rasul-Nya. Dalam Khotbah Misi (Diskursus Kedua), Dia mengutus mereka secara khusus "kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel". Dia memberi mereka kuasa untuk menyembuhkan dan mengusir roh jahat, tetapi juga memperingatkan mereka tentang penganiayaan hebat yang akan mereka hadapi demi nama-Nya.
Penolakan dan Perumpamaan Kerajaan (Matius 11–13)
Meskipun Yesus melakukan banyak mujizat, penolakan terhadap-Nya mulai menguat, terutama dari para pemimpin agama. Yohanes Pembaptis, yang kini dipenjara oleh Herodes Antipas, mengirim murid-muridnya untuk bertanya, "Engkaulah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" Yesus menjawab dengan menunjuk pada karya-karya-Nya (orang buta melihat, orang lumpuh berjalan).
Para Orang Farisi menjadi musuh utama-Nya. Mereka mengkritik murid-murid-Nya karena memetik gandum pada hari Sabat, dan menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Yesus mengecam kekerasan hati mereka, memperingatkan tentang dosa yang tidak dapat diampuni (menghujat Roh Kudus). Karena penolakan ini, Yesus mulai mengubah metode pengajaran-Nya kepada orang banyak.
Dia mulai berbicara dalam perumpamaan (Diskursus Ketiga) untuk mengungkapkan rahasia Kerajaan Surga kepada mereka yang memiliki telinga untuk mendengar, sambil menyembunyikannya dari mereka yang mengeraskan hati. Dia menceritakan perumpamaan tentang Seorang Penabur (berbagai jenis tanah yang menerima firman), Lalang di antara Gandum (orang benar dan orang jahat tumbuh bersama sampai penghakiman), Biji Sesawi dan Ragi (pertumbuhan Kerajaan yang luar biasa dari awal yang kecil), serta Harta Terpendam dan Mutiara yang Berharga (nilai Kerajaan yang tak terhingga).
Gereja, Iman, dan Pengampunan (Matius 14–18)
Narasi berlanjut dengan berita tragis pemenggalan Yohanes Pembaptis oleh Herodes Antipas, atas permintaan Herodias dan putrinya. Yesus kemudian melakukan dua mujizat besar yang menunjukkan kuasa-Nya sebagai pemelihara: memberi makan 5.000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan, dan kemudian berjalan di atas air untuk menemui murid-murid-Nya yang ketakutan di tengah badai.
Konflik dengan orang Farisi meningkat terkait "adat istiadat nenek moyang", di mana Yesus mengecam mereka karena lebih mementingkan tradisi manusia daripada perintah Allah. Titik balik Injil terjadi di Kaisarea Filipi. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, "Menurut katamu, siapakah Aku ini?" Petrus menjawab dengan wahyu ilahi, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Sebagai tanggapan, Yesus menetapkan peran unik Petrus: "Engkau adalah Petrus (Kefas, 'batu karang'), dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku... Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga." Segera setelah pengakuan ini, Yesus untuk pertama kalinya memberitahukan tentang sengsara-Nya yang akan datang—bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem, menderita, dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga. Petrus, yang menolak gagasan Mesias yang menderita, ditegur keras oleh Yesus.
Tak lama kemudian, Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke gunung yang tinggi dan dimuliakan di hadapan mereka (Transfigurasi). Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan Musa (mewakili Hukum) serta Elia (mewakili Para Nabi) tampak berbicara dengan-Nya, menegaskan bahwa Yesus adalah penggenapan dari keduanya.
Kembali ke Galilea, Yesus memberikan Khotbah tentang Komunitas (Diskursus Keempat). Pengajaran ini berfokus pada kehidupan di dalam Gereja: tentang kerendahan hati (menjadi seperti anak kecil), tentang tidak menyesatkan "anak-anak kecil" ini, dan tentang mencari domba yang hilang. Dia menetapkan proses untuk rekonsiliasi (menegur di bawah empat mata) dan menegaskan kembali otoritas Gereja untuk "mengikat dan melepaskan". Dia menutupnya dengan Perumpamaan tentang Hamba yang Tidak Mengampuni, menekankan bahwa pengampunan ilahi yang kita terima menuntut kita untuk mengampuni orang lain tanpa batas.
Perjalanan Terakhir dan Konfrontasi di Yerusalem (Matius 19–25)
Yesus memulai perjalanan terakhir-Nya menuju Yerusalem. Di perjalanan, Dia mengajar tentang kekudusan pernikahan, menantang seorang Orang Kaya yang sukar masuk Kerajaan Surga, dan menceritakan Perumpamaan tentang Pekerja di Kebun Anggur (menunjukkan kemurahan hati Allah yang memberi upah yang sama kepada semua pekerja, tanpa memandang kapan mereka mulai).
Yesus memasuki Yerusalem (Minggu Palma) dengan dielu-elukan sebagai Raja, "Anak Daud", menggenapi nubuat Zakharia dengan menunggangi seekor keledai. Dia segera pergi ke Bait Allah dan membersihkannya, mengusir para pedagang dan penukar uang, yang merupakan konfrontasi langsung dengan otoritas agama.
Selama minggu terakhir-Nya, Dia terlibat dalam serangkaian perdebatan sengit dengan Orang Farisi, Orang Saduki, dan kaum Herodian. Dia membungkam mereka dengan hikmat-Nya tentang membayar pajak kepada Kaisar, tentang kebangkitan, dan tentang hukum yang terutama. Dia menceritakan perumpamaan yang keras tentang penolakan Israel, seperti Dua Orang Anak dan Penggarap-penggarap Kebun Anggur yang Jahat. Puncaknya, Yesus menyampaikan kecaman keras dalam "Tujuh Celaka" (Matius 23), mengecam kemunafikan para Ahli Taurat dan Orang Farisi.
Di Bukit Zaitun, Yesus memberikan Khotbah Akhir Zaman (Diskursus Kelima). Dia bernubuat tentang kehancuran Bait Allah dan kedatangan-Nya yang kedua kali. Dia memperingatkan murid-murid-Nya untuk berjaga-jaga melalui tiga perumpamaan: Gadis-gadis Bijaksana dan Gadis-gadis Bodoh (kesiagaan), Perumpamaan Talenta (menggunakan karunia Allah dengan bijak), dan Penghakiman Terakhir (Domba dan Kambing), di mana penghakiman terakhir didasarkan pada perbuatan kasih kepada "saudara-Ku yang paling hina".
Sengsara, Kematian, dan Kebangkitan (Matius 26–28)
Rencana penangkapan Yesus bergerak cepat. Para imam kepala, dipimpin oleh Kayafas, bersekongkol untuk membunuh-Nya. Yudas Iskariot, salah satu dari Dua Belas Rasul, setuju untuk mengkhianati-Nya demi tiga puluh keping perak. Pada Perjamuan Terakhir (Paskah), Yesus menetapkan Ekaristi, mengambil roti dan anggur, dan berkata, "Inilah tubuh-Ku" dan "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa."
Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa, mengalami penderitaan batin yang hebat ("Ya Bapa-Ku... janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki"). Dia dikhianati oleh ciuman Yudas dan ditangkap. Dia diadili di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin) dan dituduh menghujat Allah. Sementara itu, Petrus, yang menunggu di halaman, menyangkal Yesus tiga kali, tepat seperti yang telah Yesus nubuatkan. Yudas, yang diliputi penyesalan, mengembalikan uang perak itu dan kemudian gantung diri.
Pagi harinya, Yesus diserahkan kepada wali negeri Romawi, Pontius Pilatus. Pilatus tidak menemukan kesalahan pada-Nya, tetapi didesak oleh kerumunan yang telah dihasut oleh para imam untuk membebaskan seorang pemberontak bernama Barabas dan menyalibkan Yesus. Pilatus secara simbolis "mencuci tangan" dan menyerahkan Yesus untuk disiksa dan disalibkan.
Yesus dimahkotai duri, dipaksa memikul salib-Nya ke Golgota, dan disalibkan di antara dua penjahat. Setelah tiga jam kegelapan, Yesus berseru nyaring dan mati. Pada saat itu, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, terjadi gempa bumi, dan seorang Perwira Romawi di kaki salib mengakui, "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." Yusuf dari Arimatea, seorang murid yang kaya, mengambil jenazah Yesus dan membaringkan-Nya di makam baru miliknya. Atas permintaan para pemimpin Yahudi, Pilatus memerintahkan agar makam itu dijaga dan disegel.
Pada hari Minggu pagi, Maria Magdalena dan Maria yang lain (ibu Yakobus) pergi ke kubur. Terjadi gempa bumi dahsyat, seorang Malaikat Tuhan turun, menggulingkan batu, dan duduk di atasnya. Para penjaga ketakutan, tetapi Malaikat itu menenangkan para wanita: "Jangan takut... Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya." Malaikat menyuruh mereka untuk memberitahu para murid agar pergi ke Galilea, di mana mereka akan melihat-Nya. Dalam perjalanan, Yesus yang bangkit tiba-tiba menjumpai mereka.
Injil Matius ditutup di sebuah bukit di Galilea. Yesus menampakkan diri kepada kesebelas murid-Nya (Yudas telah tiada) dan memberikan Amanat Agung—perintah terakhir dan misi definitif Gereja-Nya: untuk pergi ke seluruh dunia, menjadikan semua bangsa murid, membaptis mereka, dan mengajar mereka untuk menaati perintah-Nya, diakhiri dengan janji-Nya yang kekal: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."