Kita tiba di jantung iman Katolik. Jika keyakinan lain berbicara tentang manusia yang mencari Tuhan, Kekristenan berbicara tentang Tuhan yang mencari manusia bahkan sampai menjadi salah satu dari kita.
Misteri Yesus Kristus: Ketika Allah Memiliki Wajah
Kita tiba di jantung iman Katolik. Jika keyakinan lain berbicara tentang manusia yang mencari Tuhan, Kekristenan berbicara tentang Tuhan yang mencari manusia bahkan sampai menjadi salah satu dari kita.
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), misteri ini disebut Inkarnasi (Penjelmaan). Ini bukan mitos, melainkan peristiwa sejarah yang mengubah segalanya. Mari kita bedah dua pertanyaan terbesarnya: Siapa Dia sebenarnya, dan mengapa Dia harus repot-repot turun ke dunia?
1. Matematika Iman: 100% Allah, 100% Manusia
Sering kali kita bingung membayangkan Yesus. Apakah Dia setengah dewa setengah manusia (seperti Hercules)? Atau Allah yang hanya "meminjam" tubuh manusia seperti kostum?
Katekismus (KGK 464-469) menolak kedua anggapan itu. Gereja mengajarkan sebuah paradoks yang indah: Yesus sungguh Allah dan sungguh Manusia.
Sungguh Allah: Dia bukan ciptaan tertinggi. Dia "sehakikat dengan Bapa". Dia sudah ada sebelum dunia dijadikan. Karena itu, Dia berkuasa mengampuni dosa, sesuatu yang hanya bisa dilakukan Tuhan.
Sungguh Manusia: Dia bukan hantu. Dia punya tubuh yang bisa sakit, lapar, dan lelah. Dia punya jiwa manusia yang bisa sedih dan gembira. Dia lahir dari rahim seorang ibu, Maria.
Mengapa ini penting? Jika Dia bukan manusia, Dia tidak bisa mewakili kita untuk menebus dosa. Jika Dia bukan Allah, penebusan-Nya tidak akan punya nilai kekal yang tak terbatas. Dia adalah "Jembatan" yang sempurna karena Dia memiliki kedua sisi tersebut secara utuh.
2. Cur Deus Homo? (Kenapa Allah Menjadi Manusia?)
Jika Allah Mahakuasa, kenapa Dia tidak cukup memetik jari saja untuk menyelamatkan kita? Kenapa harus melalui jalan yang merepotkan: lahir di kandang, hidup susah, dan mati disalib?
Katekismus (KGK 456-460) merangkum 4 Alasan Utama mengapa Firman menjadi daging:
Alasan
Penjelasan Singkat
1. Untuk Menyelamatkan Kita
Dosa menciptakan jurang pemisah antara manusia dan Tuhan. Manusia tidak bisa menyeberanginya sendiri. Yesus datang untuk "mendamaikan" kita dengan Allah melalui kurban diri-Nya.
2. Supaya Kita Tahu Kasih Allah
Bagaimana cara meyakinkan semut bahwa kamu menyayangi mereka? Kamu harus jadi semut. Dengan menjadi manusia, Allah menunjukkan cinta-Nya secara nyata, bukan cuma lewat kata-kata dari langit.
3. Menjadi Model Kekudusan
Kita sering bingung, "Gimana sih cara hidup yang benar?" Yesus adalah jawabannya. Dia adalah manusia sempurna. Cara Dia mengasihi, mengampuni, dan berdoa adalah standar (model) bagi kita.
4. Agar Kita Mengambil Bagian dalam Ilahi
Ini alasan yang paling mencengangkan (KGK 460). Dia turun menjadi manusia, supaya kita (manusia) bisa diangkat menjadi anak-anak Allah. Dia berbagi kemanusiaan kita, supaya kita bisa berbagi keilahian-Nya.
3. Skandal Inkarnasi
Bagi banyak orang, konsep ini sulit diterima.
Bagi orang Yahudi zaman itu, mengatakan manusia adalah Tuhan adalah penghujatan.
Bagi orang Yunani/Romawi, Tuhan yang menderita dan mati adalah kebodohan.
Tapi inilah intinya: Allah kita bukan Allah yang jauh dan angkuh. Dia adalah Allah yang berani menjadi rapuh, berani "kotor" masuk ke dalam sejarah manusia yang berantakan, demi merangkul kita kembali.
Refleksi
Yesus bukan sekadar tokoh sejarah yang kita kagumi dari jauh. Dia adalah Emmanuel (Allah beserta kita). Dalam setiap kelelahan, kesedihan, atau kebahagiaanmu sebagai manusia, Dia mengerti rasanya karena Dia pernah ada di situ.
Selanjutnya: Jika Yesus mati, apakah cerita berakhir? Kita akan membahas inti harapan Kristen: Wafat dan Kebangkitan.
I'm a passionate blogger and content creator. I'm driven by a desire to share my knowledge and experiences with others, and I'm always looking for new ways to engage with my readers
Setiap hari Minggu, saat mendoakan Syahadat (Credo), kita mengucapkan kalimat ini dengan lantang: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik." Empat kata sifat ini adalah tanda hakiki (markah) yang menunjukkan identitas asli Gereja yang didirikan Yesus Kristus.
Banyak yang salah paham soal posisi Bunda Maria di Gereja Katolik. "Kenapa sih orang Katolik berdoa ke patung Maria?"
"Kalian menyembah Maria ya?"
Jawabannya singkat: Tidak.
Kami tidak menyembah Maria. Kami menghormati dia.
Banyak orang takut bicara soal kematian. Tapi bagi orang Katolik, kematian hanyalah sebuah "koma", bukan "titik". Katekismus Gereja Katolik (KGK 1020-1060) memberikan peta yang sangat jelas tentang "Empat Hal Terakhir" (Novissimi): Kematian, Pengadilan, Surga, dan Neraka.