Rut

Kitab Rut menceritakan kisah kesetiaan Naomi dan Rut di tengah kesulitan, dimulai dengan keputusan mereka untuk pindah ke Moab akibat kelaparan. Setelah kehilangan suami dan anak, Naomi kembali ke Betlehem bersama Rut yang bertekad untuk tetap bersamanya. Rut bekerja di ladang Boas, yang kemudian menjadi penebus mereka. Melalui rencana Naomi, Rut meminta Boas untuk menikahinya, dan akhirnya mereka menikah, melahirkan Obed, yang merupakan nenek moyang Raja Daud dan Yesus Kristus.

Nov 9, 2025
notion image

Pengantar Kitab Rut

Kitab Rut adalah salah satu permata dalam Perjanjian Lama. Ditulis setelah masa Hakim-Hakim—sebuah periode kelam yang penuh dengan kekacauan moral dan spiritual di Israel—kitab ini bagaikan oase yang menyajikan kisah indah tentang kesetiaan (hesed), penebusan, dan pemeliharaan Tuhan yang bekerja di tengah kehidupan orang-orang biasa. Kisah ini tidak berpusat pada raja atau nabi besar, melainkan pada dua orang janda, Naomi dan Rut, yang menghadapi keputusasaan namun menemukan harapan melalui ikatan kasih dan campur tangan ilahi. Latar belakang ceritanya adalah kota kecil Betlehem, yang nantinya menjadi tempat kelahiran Raja Daud dan Sang Mesias, Yesus Kristus.

Bab 1: Keputusan di Persimpangan Jalan

Kisah dimulai di Betlehem Yehuda, di mana terjadi bencana kelaparan hebat. Seorang pria bernama Elimelekh bersama istrinya, Naomi, dan kedua anak laki-laki mereka, Mahlon dan Kilyon, memutuskan untuk pindah ke negeri Moab demi bertahan hidup. Di Moab, kehidupan mereka tampak membaik sesaat. Kedua putranya menikah dengan perempuan Moab; Mahlon dengan Rut, dan Kilyon dengan Orpa.
Namun, tragedi kembali menimpa. Elimelekh meninggal, disusul oleh kedua putranya, Mahlon dan Kilyon. Naomi kini hidup sebagai janda sebatang kara di negeri asing, hanya ditemani oleh kedua menantunya yang juga janda. Mendengar bahwa Tuhan telah memulihkan keadaan di Yehuda, Naomi memutuskan untuk pulang ke Betlehem.
Di tengah perjalanan, Naomi berhenti dan dengan berat hati meminta kedua menantunya untuk kembali ke rumah ibu mereka. Ia merasa sudah tidak punya apa-apa lagi untuk ditawarkan; ia tidak akan punya anak lagi untuk menjadi suami mereka. Dengan tangisan, Orpa mencium Naomi dan kembali ke bangsanya.
Namun, Rut menolak untuk pergi. Ia mendekap Naomi dan mengucapkan ikrar kesetiaan yang menjadi salah satu pernyataan paling terkenal dalam Alkitab:
"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku akan dikuburkan."
Melihat keteguhan hati Rut, Naomi pun berhenti membujuknya. Mereka berdua melanjutkan perjalanan dan tiba di Betlehem, disambut keheranan oleh penduduk kota. Naomi, yang hatinya penuh kepahitan, meminta orang-orang untuk tidak lagi memanggilnya Naomi (artinya 'menyenangkan'), melainkan Mara (artinya 'pahit'), karena ia merasa Tuhan telah membuatnya sangat menderita.

Bab 2: Pertemuan di Ladang Boas

Setibanya di Betlehem, tepat pada musim menuai jelai, Rut berinisiatif untuk mencari nafkah. Ia meminta izin kepada Naomi untuk pergi ke ladang dan memungut sisa-sisa jelai di belakang para penuai, sebuah praktik yang diizinkan oleh hukum Taurat untuk menolong orang miskin.
Secara kebetulan, ladang tempat Rut memungut jelai adalah milik Boas, seorang pria kaya, terpandang, dan yang ternyata masih kerabat dari almarhum suami Naomi, Elimelekh. Ketika Boas datang ke ladangnya, ia langsung memperhatikan Rut. Setelah bertanya kepada para pekerjanya, ia mengetahui bahwa Rut adalah perempuan Moab yang telah menunjukkan kesetiaan luar biasa kepada Naomi.
Tersentuh oleh kisah Rut, Boas menghampirinya dan menunjukkan kemurahan hati yang besar. Ia menyuruh Rut untuk tetap memungut jelai di ladangnya, berpesan kepada para pekerjanya untuk tidak mengganggunya, dan bahkan memerintahkan mereka untuk sengaja menjatuhkan jelai agar Rut dapat memungut lebih banyak. Boas juga mengundangnya untuk makan dan minum bersama para pekerjanya. Kebaikan Boas adalah cerminan dari kasih karunia Tuhan kepada Rut, seorang asing yang mencari perlindungan di bawah sayap-Nya.
Sore harinya, Rut pulang dengan membawa hasil panen yang sangat banyak. Naomi, yang takjub melihatnya, bertanya di ladang siapa ia bekerja. Ketika Rut menyebut nama Boas, secercah harapan muncul di hati Naomi. Ia memberitahu Rut bahwa Boas adalah salah satu kerabat dekat mereka, seorang go'el atau penebus—orang yang memiliki hak dan kewajiban untuk menebus harta milik keluarga dan menikahi janda dari kerabatnya yang telah meninggal.

Bab 3: Rencana Naomi di Tempat Pengirikan

Melihat kebaikan Boas, Naomi menyusun sebuah rencana untuk memastikan masa depan Rut. Ia tahu bahwa menurut adat Israel, Boas memiliki potensi untuk menjadi "penebus" bagi keluarga mereka. Malam itu, saat Boas sedang mengirik jelai dan akan tidur di tempat pengirikan untuk menjaga hasil panennya, Naomi memberikan instruksi rinci kepada Rut.
Rut diminta untuk mandi, berwangi-wangian, mengenakan pakaian terbaiknya, lalu diam-diam pergi ke tempat pengirikan. Ia harus menunggu sampai Boas selesai makan dan minum, lalu memperhatikan di mana Boas berbaring. Setelah Boas tertidur, Rut harus mendekat, menyingkapkan selimut di bagian kaki Boas, dan berbaring di sana.
Rut melakukan semua yang diperintahkan Naomi. Tengah malam, Boas terbangun dan terkejut mendapati seorang perempuan berbaring di kakinya. Ketika ia bertanya siapa perempuan itu, Rut menjawab, "Akulah Rut, hambamu. Kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum penebus." Ini adalah sebuah permintaan halus dan penuh hormat agar Boas bersedia menikahinya dan memenuhi kewajibannya sebagai penebus.
Boas, yang terkesan dengan kehormatan dan kesetiaan Rut (karena Rut tidak mencari pria muda, kaya atau miskin, melainkan memilihnya demi kelangsungan nama keluarga almarhum suaminya), memberkati Rut. Ia berjanji akan melakukan apa yang Rut minta. Namun, Boas menjelaskan bahwa ada seorang penebus lain yang hubungan kerabatnya lebih dekat daripada dirinya. Ia berjanji akan menyelesaikan masalah ini keesokan harinya di depan para tua-tua kota. Jika kerabat yang lebih dekat itu menolak, maka Boas sendiri yang akan menebus Rut.

Bab 4: Penebusan di Pintu Gerbang dan Keturunan Daud

Keesokan paginya, Boas pergi ke pintu gerbang kota, tempat segala urusan hukum dan bisnis diselesaikan. Ia duduk dan menunggu kerabat penebus yang ia sebutkan kepada Rut. Ketika orang itu lewat, Boas memanggilnya dan mengumpulkan sepuluh orang dari para tua-tua kota sebagai saksi.
Di hadapan mereka, Boas pertama-tama menawarkan hak untuk membeli tanah milik Elimelekh yang hendak dijual oleh Naomi. Kerabat itu langsung setuju. Namun, Boas kemudian menambahkan syaratnya: siapa pun yang membeli tanah itu juga harus menikahi Rut, perempuan Moab itu, untuk melanjutkan garis keturunan almarhum suaminya di atas tanah warisannya. Mendengar hal ini, kerabat yang lebih dekat itu menarik tawarannya, khawatir hal itu akan merusak warisannya sendiri. Ia pun melepaskan haknya kepada Boas, yang disahkan dengan tradisi melepas kasut.
Dengan demikian, Boas secara sah menyatakan di depan semua saksi bahwa ia telah membeli tanah milik Elimelekh dan mengambil Rut sebagai istrinya. Orang-orang dan para tua-tua memberkati mereka, mendoakan agar Rut menjadi seperti Rahel dan Lea yang membangun bangsa Israel, dan agar keturunan mereka menjadi masyhur.
Boas pun menikahi Rut. Tuhan memberkati mereka, dan Rut mengandung lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Para perempuan di kota bersukacita bersama Naomi, memuji Tuhan yang telah memberinya seorang penebus. Mereka menamai anak itu Obed. Anak inilah yang merawat Naomi di masa tuanya.
Kisah ini ditutup dengan silsilah yang mengungkapkan makna besar di balik cerita yang tampak sederhana ini. Obed adalah ayah dari Isai, dan Isai adalah ayah dari Raja Daud. Dengan demikian, Rut, seorang perempuan asing dari Moab yang menunjukkan kesetiaan luar biasa, masuk ke dalam garis keturunan sang raja terbesar Israel dan, pada akhirnya, menjadi nenek moyang dari Yesus Kristus, Sang Penebus Agung.