Kitab Tobit adalah kitab suci Deuterokanonika yang menceritakan kisah Tobit, putranya Tobias, dan menantunya Sarah, yang hidup dalam pengasingan di Niniwe. Kitab ini berisi kisah tentang kesetiaan, doa, perbuatan baik, dan mukjizat penyembuhan yang dialami keluarga tersebut dengan bantuan malaikat agung Rafael.
Berikut adalah poin-poin kunci untuk memahami konteks kitab ini:
Jenis Kitab: Deuterokanonika. Artinya, kitab ini termasuk dalam kanon Alkitab Gereja Katolik dan Ortodoks (dianggap sebagai inspirasi ilahi), namun tidak dianggap kanonik dalam tradisi Yahudi dan sebagian besar tradisi Protestan modern (sering disebut Apokrifa).
Genre:Religious novel atau roman sejarah yang sarat dengan unsur didaktis (pengajaran). Kitab ini tidak dimaksudkan sebagai catatan sejarah murni yang kaku, melainkan sebuah kisah yang disusun dengan indah untuk mengajarkan kebenaran iman dan moralitas.
Waktu Penulisan: Diperkirakan sekitar abad ke-2 SM, ditulis dalam bahasa Aram atau Ibrani, meskipun teks terlengkap yang bertahan ada dalam bahasa Yunani (Septuaginta).
Latar Cerita: Secara naratif, kisah ini berlatar pada abad ke-8 SM, menyoroti kehidupan orang-orang Israel dari Suku Naftali yang diasingkan ke Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur yang kuat dan seringkali kejam.
Inti Cerita: Pemeliharaan Allah (penyelenggaraan Ilahi) yang tak pernah putus terhadap keluarga yang tetap setia dan saleh di tengah penderitaan yang tampaknya tak adil. Kitab ini sangat menekankan pentingnya tiga pilar kesalehan Yahudi: amal kasih (sedekah), doa yang tulus, dan kesucian ikatan perkawinan.
Tokoh Utama:Tobit (patriark yang saleh, menderita kebutaan karena perbuatan baiknya), Tobiah (putranya yang taat dan berbakti), Sara (wanita muda saleh yang menderita karena serangan roh jahat), dan Rafael (Malaikat Agung yang menyamar, perantara penyembuhan dan perlindungan Allah).
Ayat Penting:
Tentang sedekah: "Sebab sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa." (Tobit 12:9) — Menunjukkan nilai teologis yang tinggi dari amal kasih.
Identitas Rafael: "Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang melayani di hadapan takhta Tuhan yang mulia." (Tobit 12:15) — Momen pengungkapan identitas yang menegaskan campur tangan ilahi secara langsung.
Hikmah Utama: Kesetiaan kepada Allah dan hukum-hukum-Nya di tengah masa-masa sulit dan penderitaan pada akhirnya akan berbuah manis. Kitab ini mengajarkan bahwa Allah selalu mendengar doa orang yang hancur hati dan menjawabnya dengan cara-cara yang seringkali tak terduga dan tersembunyi.
Bagian 2: Rangkuman Naratif Lengkap
Kisah bermula di Niniwe, ibu kota Asyur, tempat Tobit, seorang Israel yang saleh dari suku Naftali, hidup dalam pembuangan. Bersama istrinya, Hana, dan putranya, Tobiah, Tobit tetap setia menjalankan hukum Taurat, terutama dalam hal memberi sedekah dan menguburkan jenazah orang-orang Yahudi yang dibunuh dan dibuang begitu saja oleh raja Asyur—sebuah tindakan amal kasih yang sangat berisiko dan menantang maut. Ironisnya, justru setelah melakukan tindakan saleh ini, takdir buruk menimpanya. Saat ia tidur di halaman untuk menghindari kenajisan, kotoran burung jatuh tepat di matanya, menyebabkannya menjadi buta total. Penderitaan ini, ditambah kemiskinan dan kesalahpahaman dengan istrinya, membuat Tobit sangat putus asa hingga ia berdoa memohon agar Tuhan mencabut nyawanya.
Pada saat yang hampir bersamaan, di kota Ekbatana, Media, seorang gadis muda bernama Sara, putri dari Raguel dan Edna, juga sedang larut dalam doa yang memilukan. Sara mengalami penderitaan yang unik dan mengerikan: ia telah menikah tujuh kali, namun ketujuh suaminya secara misterius mati pada malam pengantin sebelum mereka sempat bersatu. Penyebabnya adalah hantu jahat bernama Asmodeus, yang jatuh cinta pada Sara dan membunuh siapa pun yang mencoba menikahinya. Sara, yang terus-menerus dihina oleh para pelayannya karena dianggap membawa kutukan, juga memohon kematian dalam kepedihannya, namun ia tetap berserah kepada kehendak Tuhan. Secara luar biasa, Tuhan di surga mendengar kedua doa yang tulus dari Tobit dan Sara ini, dan mengutus malaikat agung-Nya untuk menolong mereka.
Di Niniwe, Tobit, yang merasa ajalnya sudah dekat, teringat akan uang sejumlah sepuluh talenta perak yang pernah ia titipkan kepada temannya, Gabael, di kota Rages, Media. Ia memanggil Tobiah, memberinya serangkaian nasihat terakhir yang indah tentang bagaimana menjalani hidup yang benar, dan kemudian mengutusnya untuk mengambil uang tersebut demi masa depan keluarga. Karena Tobiah tidak tahu jalan ke Media, mereka mencari seorang penunjuk jalan. Tuhan menjawab kebutuhan ini dengan mengirimkan malaikat Rafael yang menyamar sebagai seorang manusia bernama Azarya, yang mengaku sebagai kerabat jauh mereka. Tobit, tanpa menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan utusan surgawi, mempercayakan putra satu-satunya kepada "Azarya" untuk memulai perjalanan panjang tersebut.
Dalam perjalanan, saat mereka berkemah di tepi sungai Tigris, seekor ikan besar tiba-tiba meloncat dari air dan hendak menelan kaki Tobiah. Atas perintah Rafael, Tobiah dengan berani menangkap ikan itu. Rafael kemudian menginstruksikannya untuk mengambil dan menyimpan jantung, hati, dan empedu ikan tersebut, karena memiliki khasiat obat yang kuat. Saat mereka mendekati Ekbatana, Rafael memberitahu Tobiah bahwa mereka akan menginap di rumah Raguel, kerabat mereka. Ia juga menyarankan agar Tobiah melamar Sara, karena sebagai kerabat terdekat, Tobiah adalah orang yang paling berhak secara hukum Taurat untuk mengawininya. Tobiah awalnya sangat takut, karena ia telah mendengar nasib mengerikan ketujuh suami Sara sebelumnya. Namun, Rafael meyakinkannya bahwa dengan membakar jantung dan hati ikan di kamar pengantin, hantu jahat itu akan terusir.
Setibanya di Ekbatana, mereka disambut dengan hangat oleh Raguel dan Edna. Tobiah, dengan bimbingan Rafael, langsung mengutarakan niatnya untuk melamar Sara. Raguel, meskipun senang, juga diliputi ketakutan; ia bahkan diam-diam mulai menggali kuburan untuk Tobiah, mengira pemuda itu akan bernasib sama. Pada malam pengantin, Tobiah mengikuti instruksi Rafael: ia meletakkan hati dan jantung ikan di atas pedupaan. Asap yang mengepul membuat Asmodeus lari ketakutan hingga ke Mesir, di mana Rafael segera menangkap dan membelenggunya. Sebelum tidur, Tobiah dan Sara memanjatkan doa bersama, memohon perlindungan Tuhan atas pernikahan mereka. Mereka selamat melewati malam itu. Keesokan paginya, Raguel yang sangat bersukacita menutup kembali kuburan itu dan mengadakan pesta pernikahan besar selama 14 hari untuk merayakan pembebasan putrinya.
Karena pesta yang panjang itu, Tobiah tidak bisa langsung melanjutkan perjalanan ke Rages. Ia meminta Rafael (yang masih dikenal sebagai Azarya) untuk pergi menggantikannya mengambil uang dari Gabael. Rafael melaksanakan tugas itu dengan efisien dan bahkan membawa Gabael kembali untuk turut serta dalam pesta pernikahan. Setelah pesta usai, Tobiah, bersama istri barunya Sara, dan Rafael, kembali ke Niniwe dengan membawa serta separuh harta Raguel. Di rumah, Hana dan Tobit sudah sangat cemas dan hampir putus asa menunggu kepulangan putra mereka.
Sesampainya di rumah, pemandangan haru terjadi. Atas petunjuk Rafael, Tobiah segera mengoleskan empedu ikan yang mereka simpan ke mata ayahnya. Seketika itu juga, selaput putih yang menutupi mata Tobit terkelupas, dan penglihatannya pulih sepenuhnya. Keluarga itu bersukacita dan memuji Allah atas mukjizat ganda yang mereka terima. Ketika Tobit dan Tobiah hendak memberi "Azarya" upah yang besar, yaitu separuh dari semua harta yang mereka bawa pulang, malaikat itu akhirnya mengungkapkan identitas aslinya. Ia menyatakan bahwa ia adalah Rafael, salah satu dari tujuh malaikat kudus yang melayani di hadapan takhta Allah, yang diutus untuk menyembuhkan mereka sebagai jawaban atas doa-doa mereka. Tobit dan Tobiah tersungkur ketakutan, tetapi Rafael menghibur mereka, meminta mereka untuk mencatat semua kejadian itu, dan kemudian naik kembali ke surga. Tobit, dalam luapan syukur, menyanyikan sebuah lagu pujian yang agung. Ia hidup sampai usia lanjut dalam damai, dan sebelum meninggal, ia bernubuat tentang kehancuran Niniwe dan meminta Tobiah untuk membawa keluarganya pindah ke Media. Tobiah dengan setia melakukan hal itu setelah menguburkan kedua orang tuanya dengan hormat.
Kitab Kebijaksanaan Salomo adalah kitab dalam Alkitab Perjanjian Lama (golongan kanon Katolik) yang berisi nasihat tentang hidup bijak, keadilan, dan kebenaran. Meskipun disebut "Salomo", kitab ini kemungkinan besar ditulis oleh seorang Yahudi di Alexandria sekitar abad pertama sebelum Masehi, yang menggunakan nama Salomo untuk memberikan otoritas pada tulisannya, bukan oleh Raja Salomo sendiri.
Kitab Barukh dinamai menurut Barukh bin Neria, juru tulis dan sahabat setia Nabi Yeremia. Latar belakang kitab ini adalah masa pembuangan bangsa Yahudi di Babel. Kitab ini berisi campuran materi, termasuk doa, pengakuan dosa, dan puisi penghiburan bagi orang Yahudi yang diasingkan. Surat Nabi Yeremia (atau Barukh bab 6) ditulis sebagai surat peringatan yang diatribusikan kepada Nabi Yeremia, ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang akan dibawa ke pembuangan di Babel.
Kitab 1 dan 2 Makabe adalah dua kitab sejarah yang menceritakan peristiwa heroik pemberontakan bangsa Yahudi melawan penindasan Kekaisaran Seleukia pada abad ke-2 SM. Kedua kitab ini merupakan bagian dari Deuterokanonika (diakui sebagai kitab suci oleh Gereja Katolik dan Ortodoks) dan Apokrifa (tidak diakui oleh Protestan dan Yahudi). Meskipun menceritakan periode waktu yang tumpang tindih, kedua kitab ini adalah karya independen dengan fokus dan penekanan teologis yang berbeda