Jika Kekristenan adalah sebuah bangunan, maka Wafat dan Kebangkitan Yesus adalah batu penjurunya. Tanpa peristiwa ini, seperti kata Santo Paulus, "sia-sialah iman kita" (1 Kor 15:14).
Jika Kekristenan adalah sebuah bangunan, maka Wafat dan Kebangkitan Yesus adalah batu penjurunya. Tanpa peristiwa ini, seperti kata Santo Paulus, "sia-sialah iman kita" (1 Kor 15:14).
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), rangkaian peristiwa ini disebut Misteri Paskah. Ini bukan sekadar cerita penutup dari biografi Yesus, melainkan momen di mana maut dikalahkan dan sejarah baru dimulai. Mari kita bedah dua babak utama drama keselamatan ini.
1. Mengapa Dia Harus Mati? (Misteri Salib)
Kematian Yesus bukanlah kecelakaan sejarah atau sekadar eksekusi politik Romawi. Dalam rencana Allah, ini adalah puncak kasih.
KGK 599-618 menjelaskan makna teologis dari penyaliban:
Bukan Bunuh Diri, Melainkan Pemberian Diri Yesus tidak "mencari mati", tetapi Dia menerima kematian sebagai konsekuensi ketaatan-Nya kepada Bapa. "Tidak seorang pun mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri" (Yoh 10:18).
Anak Domba Pengganti Dosa manusia menuntut konsekuensi. Yesus, yang tidak berdosa, mengambil tempat kita. Dia menjadi "silih" (ganti rugi) yang sempurna. Di kayu salib, Dia menanggung beban dosa seluruh dunia, masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Kasih yang Radikal Salib adalah bukti bahwa Allah mencintai kita "sampai kesudahannya". Tidak ada cinta yang lebih besar daripada menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabatnya.
2. "Turun ke Tempat Penantian"
Dalam Syahadat, ada kalimat misterius: "Ia turun ke tempat penantian" (atau descendit ad inferos). Apa maksudnya?
Bukan Neraka Terkutuk KGK 632-635 meluruskan bahwa Yesus tidak pergi ke neraka tempat orang terkutuk. Dia pergi ke "Sheol" atau dunia orang mati.
Membebaskan Orang Benar Dia turun untuk menjemput jiwa-jiwa orang benar yang hidup sebelum zaman Kristus (seperti Abraham, Musa, Daud) yang menunggu pintu surga dibuka. Ini adalah proklamasi kemenangan bahkan di wilayah maut sekalipun.
3. Kebangkitan: Ledakan Kehidupan Baru
Kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang memecahkan hukum alam dan sejarah. Ini bukan reanimasi mayat (seperti Lazarus yang hidup lagi tapi nanti mati lagi).
KGK 638-655 menegaskan karakteristik Kebangkitan:
Aspek
Penjelasan
Historis
Kubur kosong adalah fakta nyata. Penampakan kepada murid-murid (lebih dari 500 orang sekaligus) membuktikan ini bukan halusinasi massal.
Transenden
Tubuh Yesus yang bangkit itu nyata (bisa disentuh, makan ikan), tapi tidak terikat ruang dan waktu (bisa menembus pintu, muncul tiba-tiba). Ini adalah kemanusiaan yang sudah dimuliakan.
Karya Tritunggal
Kebangkitan adalah karya Bapa yang membangkitkan, Putra yang mengambil kembali nyawa-Nya, dan Roh Kudus yang memberi hidup.
4. Maknanya Bagi Kita: Kemenangan atas Rasa Takut
Apa relevansi peristiwa 2000 tahun lalu ini buat kita sekarang?
Maut Bukan Akhir Kematian hanya "pintu", bukan tembok buntu. Karena Kristus bangkit, kita pun punya jaminan akan dibangkitkan.
Pembenaran Kita Jika Yesus mati tapi tidak bangkit, Dia hanyalah nabi yang gagal. Kebangkitan-Nya adalah stempel validasi dari Allah bahwa segala yang Dia ajarkan adalah benar.
Hidup Baru Sekarang Kuasa kebangkitan itu bekerja saat ini lewat Sakramen. Kita sudah bangkit secara rohani sejak Baptisan, memampukan kita hidup menang atas dosa.
Refleksi
Salib tanpa Kebangkitan adalah keputusasaan. Kebangkitan tanpa Salib adalah fantasi. Iman Katolik memeluk keduanya. Kita adalah "Umat Paskah", yang hidup dengan keyakinan teguh bahwa segelap apa pun hari Jumat (Good Friday) dalam hidup kita, hari Minggu Paskah pasti akan tiba.
Selanjutnya: Siapa sosok misterius yang melanjutkan karya Yesus di dunia? Kita akan membahas Roh Kudus.
I'm a passionate blogger and content creator. I'm driven by a desire to share my knowledge and experiences with others, and I'm always looking for new ways to engage with my readers
Setiap hari Minggu, saat mendoakan Syahadat (Credo), kita mengucapkan kalimat ini dengan lantang: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik." Empat kata sifat ini adalah tanda hakiki (markah) yang menunjukkan identitas asli Gereja yang didirikan Yesus Kristus.
Banyak yang salah paham soal posisi Bunda Maria di Gereja Katolik. "Kenapa sih orang Katolik berdoa ke patung Maria?"
"Kalian menyembah Maria ya?"
Jawabannya singkat: Tidak.
Kami tidak menyembah Maria. Kami menghormati dia.
Banyak orang takut bicara soal kematian. Tapi bagi orang Katolik, kematian hanyalah sebuah "koma", bukan "titik". Katekismus Gereja Katolik (KGK 1020-1060) memberikan peta yang sangat jelas tentang "Empat Hal Terakhir" (Novissimi): Kematian, Pengadilan, Surga, dan Neraka.