Yudit

Kitab Yudit adalah kitab deuterokanonika (bagian dari Alkitab Katolik dan Ortodoks) yang menceritakan kisah pahlawan wanita bernama Yudit, yang menyelamatkan rakyatnya dari invasi Asyur dengan membunuh jenderal musuh, Holofernes

Nov 13, 2025

Rangkuman Lengkap Kitab Tobit

notion image
Kitab Yudit adalah salah satu kitab Deuterokanonika dalam Alkitab Katolik dan Ortodoks.

BAGIAN 1: FAKTA DAN WAWASAN KITAB YUDIT

Berikut adalah poin-poin penting sebagai pengantar:
  • Status Kitab: Deuterokanonika (diakui sebagai kanon oleh Gereja Katolik, namun tidak oleh tradisi Protestan dan Yahudi).
  • Penulis dan Waktu Penulisan: Penulisnya tidak diketahui. Diperkirakan ditulis sekitar abad ke-2 SM (zaman Makabe), meskipun latar cerita yang digunakan adalah zaman Asyur/Babel (sekitar abad ke-7/6 SM).
  • Genre: Sering dianggap sebagai "fiksi sejarah" atau novel teologis. Kitab ini tidak dimaksudkan sebagai catatan sejarah yang presisi, melainkan sebagai cerita untuk mengajarkan kebenaran teologis (iman dan keselamatan).
  • Akurasi Sejarah: Terdapat beberapa ketidaksesuaian sejarah yang disengaja (misalnya, Nebukadnezar disebut sebagai raja Asyur di Niniwe, padahal ia raja Babel). Ini memperkuat gagasan bahwa kitab ini adalah sebuah perumpamaan teologis.
  • Inti Cerita: Kisah tentang bagaimana seorang janda Yahudi yang saleh, cantik, dan bijaksana, menyelamatkan bangsa Israel dari kehancuran total di tangan pasukan Asyur yang perkasa.
  • Tokoh Utama: Yudit (pahlawan wanita), Holofernes (panglima musuh), Nebukadnezar (raja musuh), Akhior (kapten Amon yang membelot), Ozias (pemimpin Betulia), dan Abra (pelayan Yudit).
  • Ayat Kunci (Pesan Teologis): "Sebab kekuatan-Mu tidak terletak pada jumlah yang besar, dan kuasa-Mu pun tidak pada orang yang gagah, melainkan Engkaulah Allah orang yang rendah hati, penolong orang yang terhina, pelindung orang yang lemah, pemelihara orang yang terbuang, dan penyelamat orang yang putus asa." (Yudit 9:11 - Vulgata/TB)
  • Hikmah Utama:
      1. Tuhan dapat memakai siapa saja—bahkan yang dianggap lemah (seorang janda)—untuk melakukan karya penyelamatan yang besar.
      1. Ketaatan, doa, dan iman yang teguh adalah senjata terkuat melawan musuh yang tampaknya tak terkalahkan.
      1. Kesombongan (seperti Holofernes) akan dijatuhkan, sementara kerendahan hati dan iman (seperti Yudit) akan ditinggikan.

BAGIAN 2: RANGKUMAN NARATIF ALUR CERITA KITAB YUDIT

Cerita dimulai dengan Nebukadnezar, raja Asyur yang memerintah dari Niniwe, yang baru saja memenangkan perang besar melawan Arfaksad, raja Media. Dalam kesombongannya, Nebukadnezar menuntut agar semua bangsa di wilayah barat (termasuk Israel) tunduk dan menyembahnya sebagai dewa. Ketika bangsa-bangsa ini menolak, ia murka dan bersumpah akan membalas dendam.
Nebukadnezar mengutus panglima tertingginya, Holofernes, dengan pasukan yang luar biasa besar—120.000 prajurit infanteri dan 12.000 kavaleri—untuk menghancurkan bangsa-bangsa yang membangkang. Holofernes menjalankan tugasnya dengan brutal, menaklukkan wilayah demi wilayah, menghancurkan kuil-kuil lokal, dan menebarkan teror.
Bangsa Israel, yang baru saja kembali dari pembuangan dan membangun kembali Bait Allah, menjadi sasaran berikutnya. Dalam ketakutan besar, Imam Besar Yoyakim memerintahkan seluruh bangsa untuk berpuasa, berdoa, dan membentengi kota-kota di puncak bukit. Salah satu kota kunci yang menghalangi jalan Holofernes ke Yerusalem adalah kota kecil Betulia.
Ketika Holofernes tiba dan melihat Betulia yang kecil berani menentangnya, ia mencemooh. Ia bertanya kepada para penasihatnya tentang siapa orang Israel ini. Akhior, pemimpin pasukan Amon, maju dan menjelaskan sejarah Israel: mereka dilindungi oleh Allah mereka selama mereka setia, dan akan kalah jika mereka berdosa. Akhior menyarankan Holofernes untuk tidak menyerang jika orang Israel sedang taat. Holofernes murka mendengar ini, menganggap Akhior pengkhianat. Ia memerintahkan Akhior diikat dan ditinggalkan di kaki bukit Betulia, agar ia binasa bersama orang-orang yang dibelanya.
Orang-orang Betulia, yang dipimpin oleh Ozias, Khabris, dan Kharmis, menyelamatkan Akhior. Setelah mendengar ceritanya, mereka semakin takut namun juga dikuatkan. Holofernes memutuskan untuk tidak menyerbu kota secara langsung, melainkan mengepungnya dan memutus satu-satunya sumber air mereka. Setelah 34 hari, rakyat Betulia putus asa, kehausan, dan di ambang kematian. Mereka menuntut Ozias untuk menyerah. Ozias memohon mereka bertahan lima hari lagi; jika dalam lima hari Tuhan tidak menolong, mereka akan menyerahkan kota.
Saat itulah Yudit tampil. Ia adalah seorang janda muda yang sangat saleh, cantik luar biasa, dan kaya raya. Sejak suaminya, Manasye, meninggal, ia hidup dalam puasa dan doa. Mendengar keputusan Ozias, Yudit memanggil para pemimpin kota dan menegur mereka dengan keras. Ia mengkritik mereka karena "mencobai Tuhan" dengan memberi batas waktu lima hari. Ia menegaskan bahwa mereka harus percaya pada rencana Tuhan, apa pun itu. Yudit kemudian mengumumkan bahwa ia memiliki rencana sendiri untuk menyelamatkan Israel, tetapi ia tidak akan mengungkapkannya. Ia hanya meminta dibukakan gerbang kota malam itu baginya dan pelayannya, Abra.
Malam itu, Yudit berdoa dengan sangat khusyuk (Yudit 9), memohon Tuhan memberinya kekuatan dan "tipu daya kudus" untuk mengalahkan musuh melalui tangannya. Ia lalu menanggalkan pakaian kabungnya, mandi, memakai wewangian, berdandan secantik mungkin, dan mengenakan pakaian terbaiknya. Bersama Abra yang membawa kantong berisi makanan kosher (halal), ia berjalan keluar dari Betulia dan menuju perkemahan Asyur.
Para penjaga Asyur terpesona oleh kecantikan Yudit. Ia dibawa langsung ke hadapan Holofernes. Dengan cerdik, Yudit berpura-pura telah melarikan diri dari Betulia. Ia mengatakan kepada Holofernes bahwa orang Israel pasti akan kalah karena mereka akan berdosa kepada Allah mereka (dengan memakan makanan terlarang karena kelaparan), dan ia datang untuk menunjukkan jalan kepada Holofernes agar dapat menaklukkan mereka tanpa kehilangan satu prajurit pun.
Holofernes benar-benar terpikat oleh kecantikan dan "kebijaksanaan" Yudit. Ia percaya sepenuhnya pada cerita Yudit dan mengizinkannya tinggal di kemahnya. Selama tiga hari, Yudit membangun kepercayaan; ia diizinkan keluar dari perkemahan setiap malam (bersama Abra) dengan alasan untuk berdoa di dekat mata air—sebuah rutinitas yang ia ciptakan agar para penjaga terbiasa.
Pada hari keempat, Holofernes, yang dipenuhi nafsu, mengadakan pesta pribadi. Ia mengutus kasidanya, Bagao, untuk mengundang Yudit, dengan niat untuk tidur dengannya malam itu. Yudit datang, dan Holofernes, dalam kegembiraannya, minum anggur jauh lebih banyak dari biasanya hingga ia mabuk berat dan pingsan di tempat tidurnya, sementara para pelayannya telah pergi.
Yudit menyuruh Abra menunggu di luar tenda. Ia masuk ke kamar Holofernes, berdoa memohon kekuatan terakhir. Ia mengambil pedang Holofernes yang tergantung, dan dengan dua tebasan kuat, ia memenggal kepala sang panglima. Ia segera memasukkan kepala itu ke dalam kantong makanan yang dibawa Abra. Keduanya kemudian, seperti rutinitas mereka, berjalan tenang keluar dari perkemahan Asyur dengan alasan untuk berdoa.
Mereka bergegas kembali ke Betulia. Di gerbang, Yudit berseru, "Pujilah Allah! Pujilah Dia!" Ia mengeluarkan kepala Holofernes dari kantong. Seluruh kota terkejut, takjub, lalu bersukacita luar biasa. Akhior dipanggil; melihat kepala Holofernes, ia pingsan, dan setelah sadar, ia sepenuhnya percaya pada Allah Israel dan minta disunat.
Atas perintah Yudit, pagi harinya, kepala Holofernes digantung di tembok kota, dan pasukan Israel yang kecil bersiap seolah-olah akan menyerang. Pasukan Asyur yang melihat ini segera berlari ke tenda Holofernes untuk membangunkannya. Bagao masuk dan menemukan mayat tuannya tanpa kepala. Kepanikan total melanda pasukan Asyur. Tanpa pemimpin, pasukan besar itu kacau balau, melarikan diri ke segala arah. Pasukan Israel, dibantu oleh orang Israel dari kota-kota lain, mengejar dan membantai mereka, mengambil jarahan yang sangat besar.
Seluruh Israel diselamatkan. Yudit memimpin bangsa itu dalam kidung pujian (Yudit 16). Ia dihormati sebagai pahlawan nasional. Ia mendedikasikan semua rampasan perang dari tenda Holofernes untuk Bait Allah. Meskipun banyak yang melamarnya, Yudit tidak pernah menikah lagi dan hidup saleh hingga usia 105 tahun. Selama ia hidup dan setelahnya, Israel hidup dalam damai.