Zefanya

Kitab Zefanya adalah nubuat yang berfokus pada "Hari TUHAN," menggambarkan penghakiman ilahi yang akan datang atas Yehuda dan bangsa-bangsa, diikuti oleh janji pemulihan bagi umat yang setia. Penulis, Nabi Zefanya, menekankan pentingnya pertobatan dan kerendahan hati, serta mengkritik penyembahan berhala. Setelah penghakiman, TUHAN berjanji untuk memulihkan sisa umat yang rendah hati, yang akan menyembah-Nya dengan satu hati, mengakhiri dengan sukacita dan kehadiran-Nya di tengah umat-Nya.

Nov 9, 2025

Rangkuman Lengkap Kitab Zefanya: Hari TUHAN yang Dahsyat dan Sisa Umat yang Rendah Hati

 
notion image
Kitab Zefanya adalah sebuah nubuat singkat namun kuat yang berpusat pada satu tema dominan: "Hari TUHAN". Kitab ini melukiskan gambaran yang suram tentang penghakiman ilahi yang akan datang atas seluruh ciptaan—dimulai dari Yehuda dan Yerusalem—sebelum beralih secara dramatis ke janji pemulihan yang penuh sukacita bagi "sisa-sisa" umat yang setia.

BAGIAN 1: Wawasan Singkat Kitab Zefanya

Berikut adalah poin-poin penting untuk memahami konteks dan inti dari Kitab Zefanya:
  • Penulis dan Latar Belakang: Nabi Zefanya bin Kusyi. Silsilahnya ditelusuri secara unik sampai empat generasi (1:1), kembali ke Raja Hizkia. Ini menunjukkan bahwa Zefanya kemungkinan adalah anggota keluarga kerajaan Yehuda, memberinya akses dan wawasan unik untuk mengkritik para pemimpin dan bangsawan di Yerusalem.
  • Waktu Penulisan: Nubuat ini disampaikan pada masa pemerintahan Raja Yosia (640-609 SM). Karena Zefanya mengecam keras penyembahan berhala (seperti Baal, Milkom, dan "bala tentara langit") yang kemudian dibersihkan oleh Yosia dalam reformasi agamanya (dimulai sekitar 622 SM), kitab ini kemungkinan besar ditulis pada bagian awal pemerintahan Yosia, sebelum reformasi tersebut dimulai.
  • Inti Pesan: Tema utamanya adalah "Hari TUHAN" (The Day of the LORD). Bagi Zefanya, ini adalah hari penghakiman universal yang akan segera terjadi, hari kemurkaan, kegelapan, dan kesesakan yang akan melanda Yehuda yang murtad dan bangsa-bangsa yang sombong. Namun, setelah api pemurnian ini, TUHAN akan memulihkan "sisa-sisa" umat (kaum anawim—yang rendah hati dan miskin) yang percaya kepada-Nya.
  • Struktur:
      1. Pasal 1: Pengumuman Hari TUHAN: Penghakiman atas Yehuda dan Yerusalem.
      1. Pasal 2: Panggilan pertobatan dan Penghakiman atas Bangsa-Bangsa (Filistin, Moab, Amon, Etiopia, Asyur).
      1. Pasal 3: Kecaman terakhir atas Yerusalem yang korup, diikuti oleh Janji Pemulihan dan Sukacita bagi "sisa umat" dari segala bangsa.
  • Tokoh Kunci yang Disebut:
    • TUHAN (YHWH): Hakim yang adil dan Pemulih yang penuh kasih.
    • Zefanya: Nabi dari keturunan raja.
    • Yosia: Raja Yehuda yang memerintah.
    • Hizkia: Leluhur Zefanya (kemungkinan besar Raja Hizkia).
    • Yehuda/Yerusalem: Fokus utama penghakiman.
    • Dewa-dewa Palsu: Baal, Milkom (dewa Amon), dan "bala tentara langit" (bintang-bintang).
    • Bangsa-bangsa yang Dihakimi: Filistin (Gaza, Askelon, dll.), Moab, Amon, Etiopia (Kusyi), dan Asyur (termasuk ibu kotanya, Niniwe).
  • Ayat Kunci:
    • Zefanya 1:14-15: "Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan tergesa-gesa... Hari itu hari kemurkaan, hari kesusahan dan kesesakan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kekelaman, hari kabut dan awan gelap."
    • Zefanya 2:3: "Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN."
    • Zefanya 3:17: "TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai."
  • Hikmah (Perspektif Katolik): Zefanya menggarisbawahi realitas penghakiman Allah atas dosa, baik dosa pribadi maupun struktur sosial yang menindas. Panggilannya kepada "orang yang rendah hati" (anawim) sangat selaras dengan Sabda Bahagia Yesus ("Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah," Mat 5:3). Kitab ini adalah pengingat bahwa Allah menentang orang sombong tetapi memberikan anugerah kepada orang yang rendah hati, dan bahwa sukacita sejati ditemukan dalam kehadiran Allah yang memulihkan di tengah-tengah umat-Nya.

BAGIAN 2: Rangkuman Naratif Isi Kitab

Kitab Zefanya, yang bernubuat pada masa pemerintahan Raja Yosia di Yehuda, dibuka dengan salah satu pengumuman penghakiman paling komprehensif dalam Alkitab. TUHAN mengumumkan niat-Nya untuk "menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi" (Zefanya 1:2). Penghakiman ini bersifat kosmik, melanda manusia, hewan, burung di udara, dan ikan di laut. Fokus kemudian menukik tajam ke Yehuda dan Yerusalem. TUHAN akan menghukum mereka secara khusus karena kemurtadan mereka yang terang-terangan: Ia akan melenyapkan sisa-sisa penyembahan Baal, para imam kafir, orang-orang yang menyembah "bala tentara langit" (astrologi) di atap rumah, dan mereka yang mencoba "berjalan di dua perahu" dengan bersumpah kepada TUHAN namun juga kepada Milkom (dewa orang Amon). Hukuman juga ditujukan kepada para pemimpin yang korup dan para bangsawan yang mengenakan pakaian asing, melambangkan penolakan mereka terhadap identitas kudus mereka.
Zefanya kemudian melukiskan "Hari TUHAN" dengan nada yang menakutkan. Hari itu "sudah dekat... dan datang dengan tergesa-gesa." (Zefanya 1:14). Ini bukanlah hari perayaan, melainkan hari kemurkaan, kesusahan, kegelapan, dan kekelaman. Itu adalah hari bunyi sangkakala dan pekik pertempuran. Pada hari itu, emas dan perak tidak akan bisa menyelamatkan siapa pun. Seluruh negeri akan dihanguskan oleh api cemburu-Nya.
Setelah mengumumkan kehancuran total, pasal kedua dimulai dengan sebuah jeda tipis, sebuah panggilan mendesak untuk bertobat. Zefanya berseru kepada bangsanya untuk "mencari TUHAN" sebelum kemurkaan-Nya yang menyala-nyala itu datang. Namun, panggilan ini ditujukan secara khusus bukan kepada para pemimpin yang korup, melainkan kepada "semua orang yang rendah hati di negeri" (Zefanya 2:3). Ia meminta mereka untuk mencari keadilan dan kerendahan hati, karena mungkin hanya merekalah yang akan terlindung pada hari penghakiman itu.
Selanjutnya, Zefanya mengalihkan pandangannya ke bangsa-bangsa di sekitar Yehuda. Penghakiman TUHAN bersifat global. Nabi mengucapkan serangkaian nubuat "celaka" yang mengisolasi Yehuda dari segala penjuru. Ke barat, kota-kota Filistin seperti Gaza dan Askelon akan ditinggalkan. Ke timur, Moab dan Amon, yang telah mencemooh umat Allah, akan dihancurkan seperti Sodom dan Gomora. Ke selatan, orang Etiopia (Kusyi) akan tewas oleh pedang-Nya. Dan ke utara, kerajaan adidaya yang paling ditakuti, Asyur, akan dihancurkan. Ibu kotanya yang sombong, Niniwe, yang berkata "Hanya ada aku," akan menjadi sunyi sepi, tempat bersarangnya binatang buas, menjadi cemoohan bagi semua orang yang lewat.
Setelah nubuat penghakiman atas bangsa-bangsa selesai, di pasal ketiga, fokus kembali ke pusat masalah: Yerusalem. Zefanya melontarkan kecaman terakhirnya yang paling keras terhadap kota itu. "Celakalah" kota yang "pemberontak", "cemar", dan "penindas" ini! Para pemimpinnya adalah "singa yang mengaum," para hakimnya "serigala waktu malam," para nabinya "pengkhianat," dan para imamnya telah "menajiskan yang kudus" (Zefanya 3:3-4). Mereka semua telah gagal total dan menolak untuk menerima didikan TUHAN, meskipun telah melihat penghakiman-Nya atas bangsa lain.
Namun, tepat di puncak kemarahan ilahi ini, kitab Zefanya berbelok secara menakjubkan. Setelah TUHAN menyatakan akan menghanguskan semua dalam murka-Nya, Ia berjanji akan melakukan pemurnian. Dari api itu akan muncul sesuatu yang baru. TUHAN akan "memulihkan bibir bangsa-bangsa" sehingga mereka semua dapat menyembah-Nya dengan satu hati. Di Yerusalem, Ia akan menyingkirkan orang-orang sombong dan hanya menyisakan "kaum yang rendah hati dan miskin" (Zefanya 3:12). Sisa umat ini akan menjadi inti dari umat Allah yang baru, yang percaya pada nama-Nya, tidak melakukan kecurangan, dan hidup dalam damai.
Kitab ini ditutup bukan dengan kegelapan, tetapi dengan ledakan sukacita yang murni. Zefanya memerintahkan "Puteri Sion" (Yerusalem) untuk bersorak-sorai. Penghakiman telah berlalu, musuh telah dihalau. Yang tersisa adalah janji yang paling intim: TUHAN, Raja Israel, ada di tengah-tengah mereka. Ayat-ayat terakhir adalah salah satu gambaran terindah tentang kasih Allah dalam Perjanjian Lama: "TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai." (Zefanya 3:17). Hari Kemurkaan TUHAN pada akhirnya memberi jalan bagi Hari Sukacita TUHAN bersama umat-Nya yang telah dimurnikan.